LAPORAN SURVEY AKSI SOSIAL HMPC UNTUK PENDIDIKAN
Saya ini berasal dari SD Negeri di kawasan Tanjung Duren, Jakarta Barat, waktu itu tahun 80-an, sekolah saya itu sudah sangat bagus. Dan saya lihat sampai sekarang SD itu masih kokoh dan bagus. Namun kontras sekali ketika saya melakukan survey (26/1-2008) untuk aksi baksos pendidikan Honda MegaPro Club (HMPC http://www.honda-megapro.or.id/) di dua sekolah SD di Rumpin, Bogor betapa sangat memprihatinkankan. Padahal ini tahun 2008 bro…kok masih ada sekolah hancur-hancuran begini.
Oke, saya akan mulai bercerita tentang SDN Rabak 1, Rumpin, Bogor (foto buka http://aksisosialhmpc.blogspot.com) yang saya kunjungi jam 8.10 WIB dari rumah saya di Sawangan, Depok (waktu perjalanan sekitar 45 menit dengan motor Mega Pro, kecepatan rata-rata 60 km/jam). Beberapa bulan lalu saya pernah datang ke sekolah ini dan sempat memotretnya, namun waktu itu muridnya sudah pada pulang, jadi tak sempat bertemu denga kepala sekolah dan murid-muridnya. Ketika saya datang kedua kali, saya disambut oleh seorang ibu yang ternyata bernama ibu Nesih, berkerudung, dari raut wajahnya terlihat sudah cukup makan asam garam dalam kehidupan ibu ini. Pas sekali, ternyata Bu Nesih, kepala sekolahnya.
Lalu, ibu Nesih yang masih kentara sekali logat sundanya ini bercerita kalau bangunan sekolahnya dibangun tahun 1979 dan telah mengalami beberapa renovasi. Dari kelas yang ada, ada tiga ruang yang kondisinya memprihatinkan. Atapnya masih memakai seng, plafonnya sudah raib, satu kelas lantainya berganti jadi tanah dan dua kelas, lantainya hancur. Jendelanya enggak ada penutupnya…“Bisa dibayangkan kalau anak-anak SD di sini kepanasan kalau hari sudah siang,” kata salah satu staf SD yang saya lupa namanya. Sekolah yang seharusnya jadi tempat yang aman dan nyaman nampaknya di sini benar-benar jauh dari harapan. Mudah-mudahan pemerintah atau donatur yang membaca tulisan ini tergerak buat ikut membantu merenovasi sekolah ini.
Menurut Bu Nesih, di sekolahnya ada sekitar 360 siswa. “Kita tak punya buku bahan bacaan, kalau klub HMPC mau bantu buat bikin perpustakaan saya akan sangat senang,” kata Ibu Nesih. Ia juga menganjurkan agar buku yang disumbang itu berikut rak buku dari besi. “Biar enggak mudah kena rayap,” ungkap Ibu Nesih. “Lalu apa lagi yang dibutuhkan?” tanya saya. Ibu Nesi menjawab, “Kita butuh pula baju-baju sekolah dan alat tulis.” Menurut Bu Nesi, orang tua siswa SD Rabak 1, mayoritas kuli angkut batu. “Dulu sebelum ada BOS, buat bayaran 3000 saja banyak yang nunggak,” kata salah satu guru rekan bu Nesih. Saya yakin, kalau bro sekalian ikut survey bakal trenyuh melihat kondisi sekolahnya.
Lalu dari SD Rabak 1 dengan menunggang Megy berairbrush biru, saya menuju SD Kadu Sewu, Rumpin Bogor. Letaknya enggak jauh dari SD Rabak 1. Cuma untuk masuknya mesti lewat gang-gang kecil dengan jalan aspal yang sudah sangat keriting. Pemandangan SD ini amat memukau, di samping ada bukit hijau yang menjulang tinggi. “Gunung Suling, kita bisa melihat Jakarta dari atasnya,” kata Ilin, kepala SD Kadusewu.
Dibanding dengan SD Rabak 1, Kadusewu konsdisinya setali tiga uang. Ada beberapa kelas memang yang sudah direnovasi. Namun untuk dua ruang kelas masih menggunakan gedung lama. Atap dari gedek (anyaman bambu), tembok banyak yang tergerus tak rata, dan daun pintu yang sudah sangat jelek (triplek tanpa cat dan rompal-rompal). Di atasnya terpampang foto SBY dan JK, sedang di samping terdapat jendela kawat dengan kondisi sudah rusak.
Saat saya tanya kepala sekolahnya, SD ini juga butuh buku-buku bahan bacaan dan pakaian sekolah seperti SD rabak 1. “Di sini banyak anak yatim juga,” kata Ilin yang punya murid sekitar 292 orang. Ilin amat berharap dua ruang kelasnya dapat direnovasi agar anak didiknya bisa bersekolah dengan nyaman dan aman. “Waktu itu memang pernah ada yang ngukur sekolah ini, tapi sampai sekarang belum ada renovasi,” ujar Ilin yang banyak mengandalkan guru bantu lantaran pegawai negerinya cuma ada 3 orang (kepala sekolah, satu guru, dan pesuruh). Oh ya, sebenarnya dari 2 ruang kelas yang memperihatinkan itu, ada satu kelas bedemptan yang sekarang sudah roboh. Luar biasa… di Bogor masih ada sekolah dengan kondisi memperihatinkan.
Rachmad Sadeli
PIC Aksi Sosial HMPC Untuk Pendidikan
Tertarik menyumbang silahkan buka http://aksisosialhmpc.blogspot.com
Rabu, 30 Januari 2008
KISAH SD BERLANTAI TANAH DI BOGOR
Diposting oleh Rachmad sadeli di 22.47
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
banyak sekali permasalahan yang ada di indonesia. dulu orang asing belajar ke indonesia, tapi sekarang justru terbalik.....
dalam segi pendidikan indonesia sudah mengalami kemunduran
permasalah dua sd yang disortot itu hanya sebagin kecil dari permaslah di indonesia. masih banyak sekolah-sekolah yang beralaskan tanah, berdinding teriplek bahkan beratapkan seng.
di serang-banten pernah terjadi......
sekolah yang berada dilingkungan pemerintahan kabupaten serang bahkan pusat pemerintahan propinsi banten salah satu sekolah negeri favorit pernah mengalami keambrukan bahkan menelan koraban.
sudah sering masalah ini diungkap di media masa tapi tidak ada follow uapnya dari pemerintah,
pemerintah indonesia hanya konsentrasi pada kenaikan BBM tapi masalah pendidikan terbelakangkan....
"katanya wajib belajar 9 tahun tapi ko...."itu yang harus jadi PR pemerintah.
Posting Komentar