Senin, 17 November 2008

SRC=WAHANA MENCINTAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN

SRC=WAHANA MENCINTAI DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN

Dari Safety Rideing Course (SRC) gabungan
Jabodetabekcik yang dilaksanakan HMPCI Pusat di WTC Mangga Dua (16/11) saya
yang kebetulan hadir di acara itu amat bersyukur pada SANG MAHA MENGERTI lantaran memperoleh
beberapa pemahaman. Dan beberapa pemahan ini menimbulkan rasa, untuk tetap
beraktivitas positif yang makin berkobar di HMPCI. Berikut pemahan dan
inspirasi yang saya peroleh:


Saya ingin mengatakan
betapa dalam aksi safety riding, penyelamatan dan kenyamanan jiwa menjadi titik
fokus utamanya. Kalau sudah begini, maka SRC sama dengan sarana mencintai diri.
Mau contoh? Coba saja apa fungsi memakai helm kalau bukan sarana untuk
melindungi kepala jika kemungkinan terjadi kecelakaan.PAKAI HELM DENGAN BENAR, BERARTI KITA MENGHARAGAI ISI KEPALA KITA.
HELM ITU SEPERTI MAHKOTA, BERIKANLAH MAHKOTA YANG LAYAK UNTUK KESELAMATAN ISI
KEPAL KITA. Lalu, pengajaran teknik menikung yang tujuannya mengamankan anggota
tubuh secara aman ketika berbelok di sebuah tikungan. Berikutnya, teknik
mengerem yang tujuannya untuk mengontrol kendaraan dari kemungkinan kecelakaan
diri sendiri. Dari tiga contoh di atas, jelas ajang SRC merupakan WAHANA
MENCINTA DIRI.

Poin
penting lain, secara pribadi saya amat
bersyukur bisa ngobrol dengan teman-teman HMPCI yang selama ini bersua di dunia
maya. Kalau momen ini kerap dilakukan, saya pikir dapat jadi perekat lebih erat
untuk beraktivitas positif di HMPCI. Kita berbincang tentang website, tentang
aksi soial, kita bicara tentang bagimana memberdayakan anggota agar bisa aktif
berkomunikasi di dunia maya, dll.. Tapi lebih dari itu ada senyum merekah di
wajah-wajah tulus teman-teman yang hadir. Yang saya ajak ngobrol hampir
semuanya mengundang senyum tulus. Apalagi ketika kita makan dan duduk bersama,
ada rasa haru menyeruak. Paling senang, di acara itu cair dengan lelucon canda
penyegar gairah jiwa. Salut untuk
aktivitas SRC yang telah dirampungkan! !!!!

Selain dari aspek teknik berkendara,
turing, dll. Menurut pendapat saya, aspek atau materi tentang psikologi
berkendara (usul saja he..he….) wajib pula mendapat penekanan optimal. Karena
kemampuan safety riding yang bagus tanpa didukung pemahaman psikologi
(kejiwaan) berkendara, maka mudah saja terjadi dampak negatif. Dan bisa jadi
gara-gara kurang pemahaman psikologi berkendara, malah berakibat fatal baik
untuk perorangan maupun rombongan.

Khusus
untuk rombongan turing adalah sangat penting semua pihak mesti mempersiapkan
emosi agar tetap bisa terkontrol. Khusus bagi PETUGAS TURING seperti kapten
perjalanan, safety officer, dan sweeper adalah hal utama yang wajib memiliki
pemahaman psikologi berkendara. Karena yang dibawa bukan rombongan kerbau yang
bisa dicucuk hidungnya tapi ROMBONGAN MAHLUK BERPIKIR DAN MEMILIKI KEPEKAAN
RASA.

Jadi adalah sangat
berbahaya (menimbulkan perpecahan) memilih seorang captain road yang punya
sifat PEMARAH tak mudah dikontrol. Kemarahan demi kebaikan, kadang kalau penyampainnya salah malah
kontraproduktif, utamanya bagi pihak yang yang tak memahami ilmu psikologi.
Benar tujuannya, penyampaianya salah, malah mengundang tak simpati. Malah orang
melihat si pemarah itu terkesan arogan.

Jadi adalah sangat
penting sebuah rombongan dipimpin oleh petugas turing yang bijaksana (memahami
orang lain dan tak mudah menjustifikasi salah dan benar, tapi berpikir dahulu
sebelum berkata). Menurut Kahlil
Gibran, Bijaksana=Hati seluas samudera tak bertepi (selalu berpikir positif)

Lalu, egoisme pengin ngebut petugas mesti
ditahan demi menjaga harmoni barisan turing. Kalau memang mau ngebut itu
benar-benar dilakukan lantaran yakin bahwa semua anggota rombongan sudah dicek
dalam kondisi siap ngebut (di sini kuncinya adalah komunikasi psikologi) dan
jalan benar-benar aman untuk dilalui..

Karena SRC ini dalam
prakteknya untuk aktivitas harian, untuk
semua peserta saya pikir, masalah pemahaman psikologi berkendara harian wajib
pula diberikan. Karena ketika berkendara harian yang dihadapi banyak orang dan
latar belakang berbeda. Dan sekali lagi adalah sangat penting sesorang
menghindari sifat mudah MARAH/EMOSI. Makanya, ketika berkendara, usahakan
pikiran rileks atau jauhi sifat MARAH. Karena sifat marah ini cenderung
menghasilkan pemikiran irasional. Masalah sepele saja kita bisa memaki.
Contohnya, tanpa sengaja di kemacetan,
jalan kita dipotong orang, lalu kita MARAH-MARAH dan meluncurkan bait-bait kata
dengan nada TINGGI plus kasar pula. Lalu lantaran orang yang memotong jalan itu
harga dirinya terluka dan menggangap kita tak sopan, malah marah balik MARAH.
Terjadilan perckecokan, kalau keduanya tak saling ngalah. Waktu terbuang,
rencana banyak terganggu, kita dibayangi kejadian tersebut.

Coba kalau kita gunakan
teguran yang sopan dan dengan senyum, bisa jadi orang yang diberitahu TAK JADI
MARAH, malah bisa jadi meminta maaf dan bilang terima kasih. Kalau terjadi
ribut dapat dikatakan sifat arogan (tak
saling mengalah) bakal muncul pada kedua orang ini, karena sama-sama MARAH.
Enggak mau kan di bilang arogan? Makanya mari kita perkuat memori kita dengan
hal positif agar pancarannya juga diterima BANYAK ORANG DENGAN POSITIF Nah
kalau aksi safety riding dan pengetehuan aspek psikologi ketika berkendara
dipahami maka OTOMATIS KITA MENCINTA DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN.

Tak lupa saya sampaikan, salam salut untuk HMPC Chapter Depok yang hadir dengan 21 Anggota. Dan salut pula buat anggota yang mengikut SRC. Semoga pelajarannya dapat berguna ketika turing, maupun aktivitas harian.



Rahmat

HMPC Depok

7-60


*** Postingan ini saya
dedikasikan untuk bikers yang ingin melibas jiwa arogan (ingin menang, sendiri
dan marah tak pada tempatnya). Dan yang mengontrol emosinya walau kondisi
dirinya sedang banyak masalah, semua dilakukan demi harmoni dengan banyak
orang. Tak lupa ungkapan kata SALUT buat tim div. Turing pusat yang memberikan
materi SRC dengan semangat kuat walau terik matahari menelusup pori-pori kulit.
Semoga aksi ini terus berlanjut. Bangga rasanya beraktivitas di HMPCI. BRAVO HMPCI.

_

Tidak ada komentar: